Bahasa Indonesia
M-5276-784B
151
dengan poros kateter lain, periksalah angka nol pada kateter, dan jika perlu
lepaskan dan periksalah kateter tersebut.
7.
Untuk memastikan bahwa sensor gaya kontak beroperasi dengan benar,
empat elektroda cincin pada ujung kateter harus menonjol keluar dari ujung
distal selubung pemandu.
8.
Ketika menggunakan gaya lateral tinggi selama pemetaan dan penggunaan
FR, pengguna harus memonitor Dashboard gaya kontak dan tampilan
vektor pada layar
C
ARTO
®
3 untuk memastikan bahwa pengukuran gaya
kontak berada di dalam kisaran yang akurat. Lihat bagian Pesan Kesalahan
dan Pengingat pada Instruksi Penggunaan Sistem
C
ARTO
®
3 untuk
informasi tentang pesan pengingat Sistem dan indikasi terkait pembacaan
gaya yang tidak akurat.
9.
Jangan menggunakan sensor suhu untuk memantau suhu jaringan. Sensor
suhu terletak di dalam bagian ujung kateter tidak mewakili suhu antarmuka
jaringan-elektroda atau pun suhu jaringan akibat pengaruh pendinginan
irigasi larutan garam elektroda. Suhu yang ditampilkan pada generator FR
adalah suhu elektroda yang didinginkan, bukan suhu jaringan. Sensor suhu
digunakan untuk memas
tikan bahwa laju aliran irigasi sudah memadai.
Sebelum memulai pemberian arus FR, penurunan suhu elektroda
mengonfirmasi dimulainya irigasi larutan garam pada elektroda ablasi.
Memantau suhu elektroda selama pemberian arus FR memastikan bahwa
laju aliran i
rigasi tetap terjaga.
10.
Jangan mengandalkan peningkatan suhu elektroda untuk menentukan
apakah pemanasan terjadi selama penghantaran energi FR, karena
penelitian pada hewan dan uji bangku (bench study) tidak menunjukkan
peningkatan elektroda yang signifikan
selama ablasi FR.
11.
Dengan cermat, Anda harus mengikuti prosedur titrasi daya sebagaimana
ditetapkan dalam petunjuk penggunaan. Peningkatan daya yang terlalu
cepat saat ablasi bisa menyebabkan perforasi akibat letusan uap.
12.
Kateter ini dapat merusak katup trikuspid prostetik pasien jika kateter
tersebut tanpa sengaja terdorong maju melalui katup.
13.
Pasien yang pernah menjalani prosedur ablasi geletar atrium mungkin
berisiko lebih besar untuk perforasi dan/atau efusi perikardial dengan
penggunaan sistem kateter.
14.
Menurut protokol rumah sakit Anda, pantaulah keseimbangan cairan pasien
di sepanjang prosedur ini agar tidak terjadi kelebihan volume cairan.
Sebagian pasien bisa memiliki berbagai faktor yang membuat mereka
kurang bisa menghadapi kelebihan volume cairan, sehingga mereka rentan
terhadap edema paru atau gagal jantung selama atau setelah prosedur.
Penderita gagal jantung kongestif atau ginjal yang kurang berfungsi serta
manula adalah yang paling rentan. Sebelum melakukan prosedur, selalu
identifikasi risiko k
elebihan volume pada pasien.
15.
Keamanan untuk menghentikan terapi antikoagulasi seusai ablasi kateter
pada fibrilasi atrium belum ditetapkan, tetapi antikoagulasi pada pasien
semacam itu harus diberikan menurut Panduan ACC/AHA/ESC untuk
Penanganan Pasien Fib
rilasi Atrium.
16.
Untuk menghindari tromboemboli, heparin intravena harus digunakan ketika
memasuki jantung kiri selama ablasi. Ikuti panduan klinis dan praktik yang
umum dilakukan agar didapatkan anti koagulasi pasca prosedur yang
optimal.
17.
Keamanan dan keefektifan ablasi frekuensi radio untuk perawatan fibrilasi
atrium pada pasien yang menderita disfungsi ventrikel kiri yang signifikan,
gagal jantung tahap lanjut, pembesaran atrium kiri yang mendasar, dan
penyakit jantung struktural belum diketahui.
18.
Kateter t
idak tampak aman pada suhu elektroda di atas 40°C. Verifikasilah
bahwa KNOP SELEKSI KATETER di generator FR yang kompatibel adalah
pada “TCool SF” atau pilihan serupa Thermocool SF dan pastikan bahwa
suhu maksimalnya ditetapkan menjadi 40°C.
19.
Implan alat pa
cu jantung dan implan kardioverter/defibrilator jantung (ICD)
bisa terkena pengaruh yang merugikan akibat arus FR. Penting untuk
memiliki sumber eksternal sementara untuk pemacuan dan defibrilasi
selama ablasi, dan memprogram ulang sistem pemacuan untuk sementara
ke keluaran minimum atau mematikannya demi memperkecil risiko
pemacuan yang tidak sesuai. Amat sangatlah berhati
-hati selama ablasi bila
ada di dekat kawat permanen atrium atau bilik jantung, matikan alat implan
kardioverter/defibrilator jantung (I
CD) selama prosedur ablasi, dan lakukan
analisis alat implan secara menyeluruh pada semua pasien seusai ablasi.
20.
Pasien yang menjalani ablasi jalur aksesori septum berisiko mengalami
penyumbatan AV total yang membutuhkan pencangkokan alat pacu jantung
perma
nen. Pasien yang tanpa sengaja mengalami penyumbatan AV total
akibat ablasi FR mungkin juga membutuhkan pemacuan permanen.
21.
Saat pendekatan trans-aorta, perlu ada visualisasi fluoroskopi yang
memadai untuk menghindari penempatan kateter dalam pembuluh darah
koroner. Penempatan kateter ablasi dalam koroner, aplikasi energi FR, atau
kedua-
duanya, telah dikaitkan dengan serangan jantung.
22.
Perkecil paparan sinar-
X selama prosedur. Prosedur ablasi kateter
menimbulkan kemungkinan paparan sinar-X yang besar, yang bisa
mengakibatkan luka parah akibat radiasi selain peningkatan risiko pengaruh
somatis dan genetik atas pasien maupun staf laboratorium akibat intensitas
sorotan sinar-
X dan durasi pencitraan fluoroskopi. Ablasi kateter harus
dilakukan hanya setelah mempertimbangkan kemungkinan paparan radiasi
yang berkaitan dengan prosedur ini, dan setelah mengambil langkah-
langkah untuk memperkecil paparannya. Karena itu pertimbangkan dengan
hati-
hati bila hendak menggunakan alat ini untuk wanita hamil.
23.
Jangan mengekspos k
ateter pada pelarut organik seperti alkohol.
24.
Jangan menggunakan autoklaf pada kateter ini.
25.
Jangan merendam pegangan proksimal atau konektor kabel dalam cairan
karena bisa mempengaruhi kinerja listriknya.
26.
Jangan menggosok atau memelintir elektroda ujung distalnya saat
pembersihan.
27.
Periksalah larutan saline irigasi untuk mengetahui jika ada gelembung udara
sebelum menggunakannya dalam prosedur ini. Gelembung udara dalam
larutan saline irigasi bisa menyebabkan penyumbatan pembuluh darah
(emboli).
28.
Bersihkan kateter dan selang irigasinya dengan larutan saline normal yang
diberi heparin.
29.
Kateter elektrofisiologi dan sistem elektrofisiologi dimaksudkan untuk
digunakan dalam ruang sinar-X yang terlindung saja karena adanya
persyaratan kesesuaian elektromagnetik dan panduan keamanan rumah
sakit lainnya.
30.
Jangan mencoba mengoperasikan Kateter Navigasi Satu Arah
T
HERMO
C
OOL
S
MART
T
OUCH
®
SF Biosense Webster atau generator FR bila
belum membaca dan memahami seluruh instruksi penggunaan yang
berlaku.
31.
Prosedur ablasi jantung harus dilakukan oleh personil yang telah terlatih
sebagaimana mestinya di laboratorium elektrofisiologi yang lengkap.
Pelatihan klinis yang sesuai dalam menggunakan Kateter Navigasi Satu
Arah T
HERMO
C
OOL
S
MART
T
OUCH
®
SF Biosense Webster juga harus
diselesaika
n.
32.
Risiko jangka panjang dari fluoroskopi yang berkesinambungan dan
terjadinya jejas akibat FR belum ditetapkan. Karena itu pertimbangkan
dengan hati-hati bila hendak menggunakan alat ini untuk anak-anak pra
remaja. Selanjutnya, risiko/manfaatnya pada pasi
en yang tidak
menunjukkan gejala apapun juga belum diselidiki.
33.
Saat menggunakan Kateter Navigasi Satu Arah
T
HERMO
C
OOL
S
MART
T
OUCH
®
SF Biosense Webster dengan sistem
konvensional (dengan menggunakan fluoroskopi untuk menentukan lokasi
ujung kateter), atau de
ngan Sistem Navigasi
C
ARTO
®
3, lakukan manipulasi
kateter dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan, perforasi, atau
tamponade jantung. Mendorong kateter ke depan harus dilakukan dengan
tuntunan fluoroskopi. Jangan menggunakan kekuatan yang berlebihan
u
ntuk mendorong maju atau menarik kateter bila mengalami hambatan.