
Dokumen ini hanya berlaku pada tanggal dicetak. Jika tidak mengetahui tanggal cetak per sisnya,
cetak kembali untuk memastikan penggunaan revisi IFU terkini (tersedia di www.e-ifu.com).
Pengguna bertanggung jawab sepenuhnya untuk memastikan penggunaan IFU terbaru.
6 dari 12
Siklus sterilisasi uap berikut ini adalah contoh siklus yang
divalidasi:
Tahap
pendinginan
Waktu Paparan
Sterilisasi
Minimum (menit)
Suhu Paparan
Sterilisasi
Minimum
Waktu
Kering *
Pravakum
4
132 °C (270 °F) 30 menit
Pravakum
3
134 °C (274 °F) 30 menit
Siklus pajanan uap yang lebih lama dapat digunakan untuk
memenuhi persyaratan setempat seperti 134 °C (274 °F) selama
18 menit.
Efisiensi pengeringan alat sterilisasi uap bisa sangat bervariasi
tergantung pada desain alat sterilisasi, pemuatan, pengemasan
dan suplai uap selama proses sterilisasi. Pengguna harus menggu-
nakan metode yang dapat diverifikasi (misalnya pemeriksaan visual)
untuk memastikan pengeringan yang memadai. Pengeringan
lebih lama dalam alat sterilisasi atau kabinet pengeringan
eksternal menurut petunjuk produsen mungkin perlu dilakukan.
Jangan melebihi suhu 140 °C (284 °F) selama pengeringan.
Langkah 9: Penyimpanan
Produk yang disterilkan harus disimpan di lingkungan yang kering
dan bersih, terlindung dari sinar matahari langsung, hama, dan
suhu maupun kelembapan ekstrem.
Lihat petunjuk produsen pembungkus sterilisasi atau produsen
wadah kaku untuk mengetahui batas waktu penyimpanan
produk steril dan persyaratan penyimpanan untuk suhu dan
kelembapannya.
INFORMASI TAMBAHAN
Informasi tentang bahan pembersih: Contoh detergen yang telah
digunakan selama validasi pembersihan adalah Prolystica
TM
2X
Concentrate Enzymatic Cleaner, Prolystica
TM
2X Neutral Detergent,
Enzol
TM
, Endozime
TM
, Neodisher Medizym
TM
, Terg-A-Zyme
TM
, dan
NpH-Klenz
TM
.
Petunjuk penggunaan ini telah divalidasi menurut ISO 17664.
Tempat perawatan kesehatan tetap bertanggung jawab untuk
memastikan bahwa pemrosesan benar-benar dilakukan dengan
menggunakan peralatan, bahan dan personel di area yang
ditetapkan, dan memenuhi persyaratan yang diinginkan. Termasuk
validasi dan pemantauan rutin terhadap proses tersebut. Selain
itu, penyimpangan dari rekomendasi ini oleh pemroses harus
dievaluasi untuk mengetahui efektivitasnya dan kemungkinan
konsekuensi yang merugikan.
Semua personel yang menggunakan petunjuk ini harus memenuhi
syarat dan memiliki keahlian terdokumentasi, kemampuan dan
telah menjalani pelatihan. Pengguna harus menjalani pelatihan
dalam hal kebijakan dan prosedur fasilitas perawatan kesehatan
beserta semua pedoman dan standar yang berlaku saat ini.
EFEK SAMPING
1. Efek samping yang serius, beberapa di antaranya berakibat
fatal, yang terkait dengan penggunaan semen tulang akrilik
pada tulang belakang mencakup serangan jantung, gagal
jantung, strok, emboli paru, dan emboli jantung. Meskipun
sebagian besar efek samping ini bisa terjadi lebih dini
dalam periode pascaoperasi, terdapat beberapa laporan
diagnosis setelah periode setahun atau lebih setelah prosedur
pengobatan dilakukan.
2. Efek samping lainnya yang dilaporkan terkait dengan
penggunaan semen tulang akrilik pada tulang belakang
mencakup: Kebocoran semen tulang di luar lokasi aplikasi
yang dimaksudkan di mana aliran masuk ke sistem vaskular
mengakibatkan emboli dalam paru-paru dan/atau jantung atau
sekuele klinis lain.
3. Implan menjadi bengkok atau patah.
4. Implan menjadi longgar. Sekrup terlepas, sehingga
kemungkinan mengakibatkan implan menjadi longgar dan/
atau operasi ulang untuk melepas perangkat.
5. Sensitivitas terhadap logam atau reaksi alergi terhadap
benda asing.
6. Infeksi luka superfisial atau luka dalam, infeksi dini atau
infeksi terlambat.
7. Penyatuan yang lambat atau tidak terjadi.
8. Berkurangnya kepadatan tulang akibat peniadaan tekanan
normal dari tulang oleh implan (stress shielding).
9. Nyeri, ketidaknyamanan, atau sensasi abnormal akibat
keberadaan perangkat.
10. Kerusakan syaraf akibat trauma pembedahan atau keberadaan
perangkat. Kesulitan neurologis, antara lain gangguan usus
dan/atau kandung kemih, impotensi, ejakulasi retrograd, dan
paraestesia.
11. Bursitis.
12. Kelumpuhan.
13. Robekan dura yang terjadi selama pembedahan dapat memer-
lukan pembedahan ulang untuk memperbaiki dura, kebocoran
CSF kronis atau fistula, dan kemungkinan meningitis.
14. Reaksi jaringan yang merugikan. Kemungkinan efek samping
lokal atau sistemik akibat degradasi semen dalam waktu
lama dengan penggerusan mekanis yang mengakibatkan
serpihan keausan.
2018-03-09 04:03:33